Dubai
Hujan sangat istimewa untuk negeri Dubai, hujan turun hanya pada musim dingin. Itu pun paling banyak tiga kali dalam setahun. Pada musim dingin, suhu terdingin mencapai 17 derajat Celsius, sedangkan pada musim panas suhu bisa mencapai 52 derajat Celsius.
Untuk wisata alam, Dubai menawarkan kekayaan lautan padang pasir, antara lain untuk menggelar reli mobil ala Paris-Dakkar plus suguhan tari perut sebagai penutup. Di kawasan Al Maha, dibangun resor eksklusif dengan menjual ketenangan dan ”keindahan padang pasir”. warna padang pasir yang dapat berubah-ubah tujuh warna. Kadang-kadang merah, kadang-kadang kuning, kadang-kadang kehijauan.
Kekayaan tradisional disuguhkan melalui wisata ”makan malam” di atas kapal tradisional (dhow dinner) dengan menyusuri Sungai Dubai, kampung tradisional (heritage village), museum yang didesain secara live menggambarkan Dubai tempo dulu, pasar emas tradisional (gold souk), serta pacuan unta.
Untuk wisata keindahan arsitek Dubai, wisatawan diajak mengagumi kemegahan gedung-gedung dan lokasi. Tak ketinggalan, juga kawasan elite Jumeirah dengan ”hotel bintang tujuh” Burj Al Arab dan resor bergaya arsitektur mediterania dengan kanal memesona di antara rumah-rumah hunian.
Soal infrastruktur jalan, hal itu tak usah diragukan. Semua ruas jalan dalam kondisi mulus. Tak satu pun jalan berlubang atau tidak rata. Memacu mobil di atas kecepatan 120 kilometer per jam pun serasa tidak menapak bumi.
Jalanan kota Dubai semakin indah dengan hamparan bunga berwarna-warni di kiri-kanan jalan. Enaknya lagi, dengan kondisi jalan yang jauh lebih mulus daripada jalan tol Jakarta dan sekitarnya, pengendara tidak dikenai tarif tol. Parkir di mal-mal atau hotel juga gratis. Hanya bayar kalau parkir di tempat parkir umum, dua dirham setelah dua jam. Dirham adalah mata uang Uni Emirat Arab (1 dollar AS = 3,67 dirham UAE).
Trotoar, terminal, halte, pasar, telepon umum, dan tempat-tempat publik lainnya sangat bersih. Sangat sulit menemukan ceceran kertas atau sampah plastik di kota yang 80 persen warganya berasal dari luar Uni Emirat Arab itu. Di beberapa ruas jalan, seperti di Jumeirah Street, terlihat trotoar jalan disemprot dengan air. Tidak cukup disapu!
Transportasi publik juga memadai. Selain bus yang semuanya dilengkapi alat pengatur suhu (air conditioner/AC), juga tersedia taksi-taksi dalam kondisi bagus yang bisa ditawar ongkosnya. Hampir semua taksi selalu menyiapkan kuitansi tanda pembayaran.
Angkutan sungai—biasa disebut abra—menjadi alat transportasi di Sungai Dubai (Dubai Creek) sepanjang 13 kilometer dengan lebar 100-500 meter. Ongkosnya cuma 50 pence atau setengah dirham. Meski juga dilalui kapal-kapal pengangkut barang dagangan, sungai itu tetap bening dan bersih.
Burung-burung camar pun kerasan bermain-main di permukaan sungai tersebut, menambah keindahan pemandangan bagi pengguna abra. Yang terpenting lagi, keamanan dan kenyamanan tinggal di kota itu terjamin.
Kawasan Timur Tengah yang satu ini memberikan toleransi yang cukup leluasa bagi turis untuk ”tampil apa adanya”. Di mal-mal sering terlihat perempuan mondar-mandir sambil merokok, sementara di Pantai Jumeirah turis laki-laki dan perempuan membaur saat berjemur—tentu saja—dengan bikini.
Burj Dubai, gedung pencakar langit setinggi 700 meter untuk 189 lantai, akan menjadi bangunan tertinggi di dunia. Satu lantai rata-rata selesai dalam lima hari. Burj Dubai diperkirakan selesai tahun 2009.
Ribuan hektar pantai Teluk Arab direklamasi untuk dibangun kawasan resor seperti pulau artifisial, yakni:
Palm Island (Jebel Ali)
Palm Island (Jumeirah)
Palm Island (Deira)
ketiganya menyerupai pohon palem yang konon bisa terlihat dari Bulan seperti halnya Tembok Raksasa China—dan The World (250 pulau buatan berbentuk peta dunia).
Fantasi Dubai pada hal-hal spektakuler masih berlanjut dengan dibangunnya Hydropolis, hotel di bawah laut pertama di dunia pada kedalaman 20 meter dan berjarak 300 meter dari pantai. Ini melengkapi kemewahan Dubai yang sejak tahun 1999 terwakili dengan berdirinya Hotel Burj Al Arab, hotel tertinggi di dunia (321 meter) yang melebihi tinggi Menara Eiffel di Paris, Perancis.
Mereka yang tinggal di sini, lalu pergi dua tahun saja, begitu kembali ke Dubai, akan terkejut karena gedung-gedung bermunculan.Pembangunan proyek-proyek fantastis dan ambisius itu berpijak pada cita-cita menjadikan Dubai sebagai pusat turisme dunia, perdagangan, dan bisnis keuangan. Ambisi ini ditopang dengan pembebasan pajak (free tax) dan kebijakan langit terbuka (open-sky policy).
Kebijakan langit terbuka
Saat ini turisme menjadi salah satu sektor andalan Dubai. Kesadaran itu sudah lama muncul, terutama setelah cadangan minyak di kota itu menipis. Minyak dan gas di Dubai, yang ditemukan tahun 1966, kini hanya menyumbang 6 persen pendapatan domestik bruto (PDB) kota itu dan akan habis kira-kira sepuluh tahun lagi.
Untuk menggenjot angka kunjungan turis, Dubai mengeluarkan berbagai kebijakan, antara lain kebijakan langit terbuka. Tidak ada batasan bagi maskapai penerbangan untuk datang dan pergi dari Dubai, menurunkan dan menaikkan penumpang, kapan saja.
Tahun 1985 Dubai membangun maskapai penerbangan sendiri, Emirates. Kini, 21 tahun setelah berdiri, Emirates dengan 90 pesawat menjadi salah satu maskapai terbesar di dunia dengan melayani penerbangan ke 81 kota dari 56 negara. Dua hal itu berdampak signifikan bagi kunjungan wisata ke Dubai.
Tahun 2005 sebanyak 24,7 juta penumpang singgah di Dubai; 5,5 juta penumpang di antaranya sengaja datang berekreasi di kota itu. Tahun ini angka penumpang yang singgah di Dubai diperkirakan melonjak lebih dari 28 juta penumpang dan tahun 2010 menjadi 60 juta penumpang.
Sementara angka kunjungan turis ditargetkan melonjak tiga kali lipat pada tahun 2015 atau sekitar 15 juta turis. Itu sudah diantisipasi dengan pembangunan tahap II Bandara Internasional Dubai dengan kapasitas menampung 70 juta penumpang per tahun.
Membangun berbagai infrastruktur, menyiapkan bandar udara yang memadai, dan menciptakan kemudahan, ini semua untuk menunjukkan: Asia bukan hanya Singapura dan Hongkong, tetapi juga Dubai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar